Insinerasi, metode pembakaran sampah menggunakan temperatur tinggi yang saat ini masif dimanfaatkan di Indonesia. Mengurangi masalah limbah & sampah secara lebih cepat, namun bahaya cemaran udara-pun mengancam nyata. Sayangnya, hanya segelintir orang tahu efek samping dari proses insinerasi yang lebih banyak dampak buruk bagi lingkungan di sekitarnya.
Insinerasi merupakan salah satu metode pembakaran sampah atau limbah secara termal (panas) pada suhu 850 °C hingga 1.400 °C. Prinsip kerja metode alternatif ini lebih mudah, yaitu dengan menguapkan kandungan air dalam sampah menjadi sampah atau limbah kering. Setelah itu, limbah kering dibakar dengan suhu tinggi. Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh Rachmasari (2022) menunjukkan bahwa metode mampu mereduksi sampah hingga 90 persen dan kapasitas pembakaran insinerator sampah biasanya berkisar dari 90 sampai 2.700 ton sampah kota per hari.
Meskipun sangat berperan dalam pengurangan sampah dalam jumlah besar, proses ini juga dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Proses insinerasi dapat menghasilkan gas buang yang mencemari udara seperti gas karbon monoksida, dioksida belerang, dan oksida nitrogen. Meskipun industri yang memakai insinerasi modern dilengkapi dengan peralatan untuk mengurangi emisi gas buang, namun tetap saja dapat berdampak pada kualitas udara di sekitar industri yang tengah beroperasi. Menurut universalco.id, sejumlah besar gas karbon dioksida dilepaskan sebagai gas buang sehingga turut berkontribusi dalam pemanasan global. Selain itu, gas buang yang dihasilkan mengandung abu dan emisi pencemar.
Lebih lanjut, proses insinerasi juga dapat mempengaruhi kesehatan pekerjanya. Menurut Sunarto dalam penelitiannya pada 2014 lalu, pekerja atau operator insinerator kerap kali mengalami gangguan kesehatan seperti batuk kering, mata pedih, hingga gangguan pernafasan. Sehingga penerapan insinerasi harus dibarengi dengan pemantauan kesehatan dan kualitas lingkungan khususnya udara secara berkala.
Penerapan metode alternatif saat ini masih dirasa menjadi metode alternatif yang kurang solutif, namun di sisi lain dalam penerapan insinerasi mampu menangani masalah sampah di Indonesia, yang dapat dibilang cukup efisien. Mengingat, timbunan sampah yang berakhir di TPA sanngat menggunung. Oleh karenanya, insinerasi hingga kini masih menjadi alternatif terbaik dalam mengurangi sampah di Indonesia meskipun side effect masih ada.
Sejatinya, teknologi secanggih dan sebaik apa pun tidak akan pernah sepenuhnya bebas dari efek samping, baik itu pada tahap pembuatannya, penggunaannya, hingga pengelolaannya setelah masa pakainya berakhir. Setiap inovasi atau kemajuan teknologi pasti membawa dampak tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap lingkungan. Oleh karena itu, cara terbaik untuk menghadapi dan mencari solusi atas berbagai permasalahan lingkungan yang semakin kompleks saat ini adalah dengan mengadopsi pola pikir dan gaya hidup yang lebih bijaksana.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan membatasi penggunaan bahan sekali pakai yang sulit terurai dan memiliki potensi besar mencemari lingkungan. Selain itu, menahan diri untuk tidak bersikap konsumtif dalam setiap keputusan pembelian juga menjadi hal yang sangat penting. Dengan mengurangi perilaku konsumtif, kita tidak hanya mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan, tetapi juga membantu menekan eksploitasi sumber daya alam yang semakin menipis.
Pada akhirnya, perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten. Dengan bijak dalam menggunakan sumber daya dan menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan lingkungan, kita dapat berkontribusi untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Menjaga keberlanjutan lingkungan dimulai dari kepatuhan dalam melakukan pengujian lingkungan hidup dan kerja. Percayakan pengujianmu di Genau Lab, karena kami telah terakreditasi nasional. Feel free to discuss with us.
CLICK ME