Darurat krisis planet Bumi – menurut dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), saat ini seluruh penjuru dunia tengah menghadapi ancaman tiga krisis planet (Triple Planetary Crisis), yang akan menentukan masa depan kehidupan di planet Bumi ini.
Triple Planetary Crisis mengacu pada tiga isu utama yang saling berkaitan dan sedang dihadapi manusia saat ini: perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Masing-masing isu krisis ini memiliki penyebab dan dampaknya sendiri dan masing-masing isu perlu diselesaikan jika kita ingin memiliki masa depan yang baik dan layak di planet Bumi ini.
3 isu krisis planet Bumi (triple planetary crisis)
Climate Change
Kita sedang hidup di masa yang iklimnya sulit terprediksi. Misalnya musim kemarau yang lebih lama dari biasanya, musim penghujan yang terjadi secara acak, sekali hujan turun merusak banyak ekosistem, kebakaran hutan yang tak terkendali, sulitnya menemukan sumber air, naiknya permukaan air laut yang menyebabkan tenggelamnya 100 meter daratan di setiap tahunnya. Masalah di samping merupakan konsekuensi besar yang sedang dirasakan manusia saat ini sadar atuapun tidak. Perubahan iklim ini menjadi isu paling mendesak yang harus dicari solusinya. Sederhananya, perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca yang dalam jangka panjang akan sepenuhnya mengubah ekosistem yang mendukung kehidupan di planet ini.
Nyatanya aktivitas manusia adalah pendorong utama perubahan iklim. Hampir semua yang kita lakukan melepaskan emisi, tetapi penggunaan energi, industri, transportasi, bangunan, dan pertanian adalah penyebab utama pelepasan gas rumah kaca ke atmosfer.
Air Pollution
Data mengatakan lebih dari 7 juta orang meninggal di setiap tahunnya akibat polusi udara. Diperkirakan, sembilan dari sepuluh orang di seluruh dunia menghirup udara yang mengandung tingkat polutan yang melebihi pedoman WHO. Polusi udara dihasilkan dari sumber penghasil secara langsung (polutan primer) dan dari reaksi kimia di atmosfer (polutan sekunder). Ketika konsentrasi substansi- subtasni kimia ini mencapai level yang kritis di udara, maka akan berbahaya bagi manusia, hewan, tanaman dan ekosistem, mengurangi visibilitas, dan merusak material bangunan dan warisan situs-situs budaya. Penyebab cemaran polusi udara ini dimulai dari riuh ramainya lalu lintas dan pabrik hingga kebakaran hutan, gunung berapi. Penyebab polusi lainnya adalah polusi udara dalam ruangan akibat aktivitas manusia pada umumnya seperti memasak dengan bahan bakar dan teknologi yang mencemari lingkungan.
Biodiversity Loss
Alasan hilangnya keanekaragaman hayati mencakup berbagai hal, mulai dari penangkapan ikan yang berlebihan hingga hilangnya habitat aseli dari para satwa maupun fauna. Misalnya dari penggundulan hutan untuk pembangunan pemukiman penduduk ataupun industri, hingga penggurunan akibat perubahan iklim secara acak. Keanekaragaman hayati adalah dasar bagi segala sesuatu di planet ini – karena pada akhirnya kita semua saling terkait. Hilangnya keanekaragaman hayati berdampak pada persediaan makanan dan akses ke air bersih – tanpanya kita tidak punya masa depan di planet ini.
“Umat manusia sedang berperang melawan alam. Ini tidak masuk akal dan bunuh diri,” kata Sekretaris Jenderal António Guterres dalam kata pengantar laporan Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa Berdamai dengan Alam, yang diterbitkan tahun lalu. “Dampak dari kecerobohan kita sudah tampak dalam bentuk penderitaan manusia, kerugian ekonomi yang sangat besar, dan semakin cepatnya erosi kehidupan di Bumi”. Nyatanya setiap aktivitas yang kita lakukan menjadi kontributor utama dalam ancaman krisis planet Bumi.
Jika dari hari ini dan dimulai dari diri kita sendiri tidak berusaha untuk mengontrol dan memperbaiki apa-apa yang telah dirusak, maka kita benar-benar dalam ancaman bahaya besar. Hal ini bisa dimulai dari kesadaran akan literasi lingkungan, menekan laju polusi dan kerusakan lingkungan dari langkah kecil yang bisa kita lakukan, mengurangi penggunaan benda sekali pakai buang, dan bagi industri yang melakukan produksi besar secara masif tidak melupakan kewajibannya atas laporan hasil pengujian lingkungan dan kewajiban sosial tanggung jawabnya terhadap lingkungan.
source : https://unfccc.int/